Kamis, 03 Juni 2010

Habibie dan Ainun

Habibie dan Ainun
Hasri Ainun Habibie, istri Presiden ke-3 RI, hampir selalu ada mendampingi suami dalam bertugas & selalu tersenyum saat berada disamping Habibie. Lahir di Semarang, 11 Agustus 1937, kuliah di Fak. Kedokteran di Jakarta, pernah bekerja di RS Cipto Mangunkusumo, juga pernah tinggal di belakang asrama RSCM. Ainun dipersunting BJ Habibie pada 12 Mei 1962. Dari pernikahan itu, dikaruniai 2 putra, Ilham Akbar & Thareq Kemal, serta 6 cucu. Ainun meninggal tepat sepuluh hari setelah merayakan ulang tahun perkawinan ke-48. Ainun meninggal 23-05-2010|17.30 [Jerman] di RS Munchen, pada usia 72 tahun, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Puisi cinta yang menggemparkan :

Ainun… Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu sayang,tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,calon bidadari surgaku ….

BJ.HABIBIE

[Pihak keluarga Prof. Dr. BJ Habibie menyangkal bahwa puisi ini bukan karya beliau, tetapi puisi ini telah menggemparkan dunia maya]


Kata-kata terakhir yang menginspirasi :

“Saya dilahirkan untuk ibu Ainun, dan ibu Ainun dilahirkan untuk saya,” tutur Habibie. ”Ainun, saya sangat mencintaimu. Tapi Allah lebih mencitaimu. Sehingga saya merelakan kamu pergi.”
[Kata-kata terakhir Habibie, di depan jenazah istrinya, Hasri Ainun Habibie, telah menegakan bulu roma, membasahi mata, menyesakkan dada.]


Kisah Ainun Habibie dan 3 Pria Cerdas

Adalah suami Aninun, B.J. Habibie, mantan Presiden RI yang dikenal sebagai bapak teknologi Indonesia. Habibie merupakan satu-satunya putra bangsa yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.

Di masa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.

Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di luar negeri, kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha catering dan indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie).

Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (diploma teknik di Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain) dengan predikat summa cum laude.

B.J. Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi Ainun pada tahun 1962 yang merupakan teman SMA-nya. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.

Saat itulah, Habibie dan Ainun memiliki dua putra, llham Akbar dan Thareq Kemal. Dua anak inilah yang mewarisi kecerdasan Habibie. Ilham Habibie menyelesaikan pendidikan di Muenchen dalam ilmu aeronautika dan meraih gelar PdD dengan predikat summa cumlaude, lebih tinggi dari predikat ayahnya. Sementara Thareq Kemal menyelesaikan Diploma Inggeneur di Braunsweig, Jerman.

Selain memimpin banyak perusahaan, seorang Ilham Akbar Habibie juga aktif di berbagai kegiatan non profit. Mulai dari bidang keprofesian hingga pendidikan. Perusahaan yang dipimpinnya pun tak sedikit, antara lain, ia menjabat sebagai C.E.O./President PT. ILTHABI Rekatama, Chairman of Mitra Energia Ltd., C.E.O./President Director PT. Industri Mineral Indonesia, C.E.O./President Director PT. ILTHABI Bara Utama, Commissioner of PT. Global Group Asia Commisioner of Sound Oil plc.

Sementara putra bungsunya, Thareq Kemal diandalkan sebagai ujung tombak 'kerajaan bisnis' keluarga Habibie bersama sang paman Suryatin "Timmy" Habibie (adik bungsu Habibie). Thareq Kemal juga dikenal sebagai 'penguasa' Batam dengan memiliki 28 persen saham PT Griya Rekatama Asri.

Kecerdasan tiga pria itu, tak lepas dari peran Ainun sebagai istri dan ibu. Saat menemani Habibie menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Jerman, kehidupan awal Ainun bersama keluarga kecilnya itu dilalui dengan perjuangan luar biasa. Setidaknya Ainun harus bersabar dengan pendapatan yang teramat kecil dari beasiswa Habibie. Namun dengan tekun dan sabar ia tetap menyertai Habibie. Bahkan untuk menghemat ia menjahit sendiri keperluan pakaian bayi yang dikandungnya. Dan disanalah ia mengandung dua putranya, melahirkan dan mebesarkannya.

Ainun adalah seorang ibu yang sangat bertanggung jawab dalam membesarkan anak-anaknya. Sejak kecil ia membiasakan anaknya untuk mengembangkan kepribadiannya sendiri. Ia membebaskan anak-anak untuk berani bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya. Dan Ainun akan memberikan jawaban jika ia mampu atau ia akan meminta Habibie jika tidak mampu. Hal ini tentu saja karena ia sadar kalau anak-anak sejak kecil harus dibangun keingintahuan dan kreatifitasnya.

Selain itu Ainun juga membiasakan anaknya hidup sederhana. Uang jajan diberikan pas untuk satu minggu. Dengan demikian si anak memiliki kebebasan untuk memilih jajanan yang mereka sukai. Anak-anak Ainun tumbuh sebagai anak yang menghargai kesederhanaan itu. Pernah mereka harus bolak-balik dari satu toko ke toko lain untuk mendapatkan harga yang pas sebelum membeli suatu barang.

Bagi Ainun hal yang tidak kalah penting dalam mendidik anak adalah membiasakan mereka mengemukakan pendapat dengan mengajak mereka berdiskusi di rumah. Menurut Ainun, jika anak-anak berani mengeluarkan pendapat, artinya mereka sedang belajar dalam hidupnya. Dan bagi orang tua, itulah saatnya melaksanakan kewajiban memberikan bekal bagi kehidupan mereka.

Dan benar saja, hasil didikan itu menjadikan kedua anak mereka tumbuh sebagai seorang yang luar biasa.


sumber :
» TempoInteraktif
» DetikNews
» Inilah.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukkan komentar anda, komentar yang mengandung SARA akan kami hapus. Terima kasih.